1. Pendahuluan
Yahudi, dibandingkan dengan agama yang lain (seperti, Islam, Kristen, Hindu, dll), merupakan agama yang unik. Hal ini disebabkan, hanya orang-orang keturunan bangsa Israel saja yang dianggap sebagai benar-benar seorang yang beragama Yahudi, selain daripada itu, mereka tidak memedulikan/menerima orang non-Yahudi yang pindah ke agama Yahudi. Mereka yang mula-mulanya tidak beragama Yahudi, menjadi seorang Yahudi, tidak dianggap sebagai orang Yahudi yang sebenar-benarnya. Dan, mereka yang mula-mulanya Yahudi, kemudian pindah ke agama yang lain, tidak dianggap sebagai orang Yahudi yang sebenar-benarnya. Bagi mereka yang mula-mulanya Yahudi, kemudian menikah dengan seorang non-Yahudi, maka keturunannya tidak dianggap sebagai seorang Yahudi yang sebenar-benarnya. Bagi orang-orang Yahudi, mereka menganggap bahwa mereka adalah “bangsa pilihan Tuhan (The Choosen People)”, selain dari golongan mereka disebut sebagai gentile, goyyim. Dikarenakan kebanggaan mereka, dibandingkan dengan populasi agama lain di dunia, Yahudi merupakan umat minoritas. Jika umat Yahudi dibandingkan dengan umat Kristen atau Muslim, maka Yahudi merupakan umat minoritas. Meskipun demikian, dengan jumlah umat Yahudi yang minoritas ini, umat Yahudi mampu mendirikan “negara Israel” di dalam wilayah negara Palestina yang dikelilingi negara yang mayoritasnya beragama Islam, mampu untuk mendikte pemerintahan Amerika Serikat, dan mampu untuk mewarnai peradaban saat ini. Hanya dengan meyakini bahwa mereka adalah “The Choosen People”, umat Yahudi mampu menciptakan abad yang mana seolah-olah abad ini adalah milik mereka.
Pada tulisan ini, kami mengulas salah satu buku yang mencoba untuk menjawab pertanyaan apa yang membuat umat Yahudi yang minoritas, mampu untuk mewarnai peradaban ini dengan prestasi-prestasi mereka yang begitu monumental. Adapun buku yang dimaksud adalah buku yang ditulis oleh alm. K.H. Toto Tasmara dengan judul buku “Yahudi; Mengapa Mereka Berprestasi”.
Susunan dari tulisan ini sebagai berikut. Pada segmen serba-serbi buku membahas hal ihwal buku, seperti apa saja isi buku tersebut, tahun terbit, gambaran sekilas masing-masing bab buku. Segmen ikhtisar berisikan daftar ikhtisar yang dilengkapi dengan nomor ikhtisar dan penunjuk (pointer) halaman buku. Segmen daftar data adalah penunjuk halaman yang mana suatu data dilampirkan/dicantumkan. Terakhir, segmen kesimpulan.
2. Serba-Serbi Buku
Buku dengan judul “Yahudi; Mengapa Mereka Berprestasi” ditulis oleh alm. K.H. Toto Tasmara. Buku ini pertama kali terbit pada tahun 2010, yang diterbitkan oleh Sinergi Publishing. Tebal buku adalah 268 hlm. Buku ini terdiri dari 6 bab ditambah 4 bagian (segmen). 4 segmen itu adalah Pengantar Penerbit; Belajar dari Orang Yahudi Kenapa Mereka Berprestasi; Iftitah; dan Pengantar. Dan keenam bab tersebut adalah BAB 1: Matahari Bersinar di Andalusia; BAB 2: Karena Derita Menindas Aku Menjadi Cerdas; BAB 3: Pendidikan Ruh Kehidupan; BAB 4: Prestasi Orang Yahudi; BAB 5: Talmud Kitab Rasialis; dan terakhir BAB 6: Character Building — illaa Bi Shulthaan.
BAB I memaparkan sejarah bagaimana panglima Thariq bin Ziyad mampu membebaskan masyarakat Andalusia dari kekejaman monarki non-Muslim, dan menjadikan kota tersebut sebagai kota yang mana masyarakatnya hidup penuh dengan toleransi. Di Andalusia ini, berbagai cendekiawan muslim mewariskan pemikiran gamblangnya yang abadi. Pada BAB 1, penulis buku memaparkan prestasi 5 cendekiawan muslim, yaitu Abu Qasim Az-Zahrawi, seorang dokter, dan dikenal sebagai the father of surgeon. Ibnu Tufail, seorang cendekiawan muslim Andalusia yang menulis suatu novel dengan judul Hayyn Ibn Yaqdhan (Hidup anaknya Sadar), yang sudah diterjemahkan ke bahasa Inggris dengan judul Philosophus Autodidactus. Ibnu Rusyd, seorang filsuf muslim Andalusia, yang mengajukan fondasi pemikiran eksistensialisme, yaitu eksistensi mendahului esensi. Ibnul Arabi, seorang filsuf muslim Andalusia yang mana filsafat ketuhanannya dikenal dengan Tazih dan Tasybih, atau di dunia barat dikenal sebagai “Apohatic Theology”. Dan yang terkahir adalah Ibnu Bajjah. Setelah pemaparan prestasi 5 cendekiawan muslim ini, BAB 1 ditutup dengan pemaparan sejarah kejatuhan pemerintahan muslim di Andalusia dan dampaknya pada umat Muslim dan Yahudi pada waktu itu.
Pada BAB II, penulis memaparkan paham milleniarisme dan mesianisme. Yaitu, paham akan hadirnya seseorang yang ditunggu-tunggu. Yang mana, ketika seseorang yang ditunggu-tunggu itu datang, Ia akan memimpin suatu umat tertentu, dan mengubah keterpurukan umat menjadi kejayaan. Pada bab ini, penulis buku menyampaikan bahwa paham milleniarisme ini diperlukan umat Yahudi sebagai kepercayaan mereka agar tidak putus asa di masa keterpurukan umat. Bukan hanya itu saja, aliran kebatinan Kabbala dan kepercayaan sebagai “The Choosen People” juga diterapkan agar mereka bangkit dari keterpurukan menjadi kejayaan. Adapun mengenai alasan mengapa mereka berprestasi adalah sebagaimana orang lain bisa berprestasi, yaitu kecerdasan. Pada bab ini, penulis buku memaparkan hipotesis penyebab kenapa umat Yahudi itu cerdas. Jika dilihat dari faktor luar (lingkungan), umat Yahudi cerdas dikarenakan mereka dulu merupakan umat yang tertindas. Umat Yahudi menyadari keadaanya dan segera berpikir dan berbuat bagaimana caranya mereka untuk bangkit. Jika ditinjau dari faktor dalam, kecerdasan umat Yahudi merupakan kecerdasan genetika.
Pada BAB III, penulis buku memaparkan bagaimana umat Yahudi menyiapkan generasi mudanya untuk menghadapi masa depan. Dalam bab ini, umat Yahudi dianjurkan untuk menyadari dan meyakini bahwa mereka adalah umat pilihan Tuhan. Mereka diajarkan untuk melakukan apa yang orang tua katakan, bukan apa yang mereka lakukan (do as I say, not what I do). Para generasi muda Yahudi juga dianjurkan menyimak perkataan Rabi, dan menjunjung Talmud lebih dibandingkan Taurat. Generasi Yahudi dianjurkan untuk gemar membaca, dan membelanjakan sebagian hartanya dengan membeli buku. Umat Yahudi meyakini bahwa kualitas itu mahal. Pada bab ini, hal ihwal kebudayaan umat Yahudi dipaparkan, seperti pernikahan, cara ibadah, doa-doa, dan peranan ibu.
Untuk BAB IV, sesuai dengan judulnya yaitu “Prestasi Yauhdi”, memaparkan data prestasi orang-orang Yahudi yang begitu monumental. Prestasi ini bisa berupa bisnis yang sukses, penghargaan yang diberikan kepada organisasi yang didirikan oleh Yahudi, dan karya-karya monumental yang dihasilkan dari pemikiran orang-orang Yahudi. Dikarenakan penulis ulasan buku adalah orang yang memiliki latar belakang Ilmu Komputer, berikut sebagian saintis yang penulis ulasan buku tahu, yang mana mereka adalah seorang Yahudi:
Penulis ulasan buku tidak mencatat/membuat ikhtisar untuk BAB V dengan judul Talmud Kitab Rasialis. Sesuai dengan judul babnya, bab ini memaparkan sebagian isi kitab Talmud yang hanya berisikan kebanggan mereka sebagai “umat pilihan Tuhan”, dan pada bab ini juga memaparkan isi Kitab Talmud yang mencaci maki, sumpah serapah untuk orang bukan Yahudi.
Terakhir, yaitu BAB VI, berisikan motivasi agar umat Muslim mampu membentuk dirinya sebagai hamba kesayangan Tuhan yang Maha Pengasih.
Secara keseluruhan, buku ini sudah menjelaskan dan memaparkan dengan gamblang alasan mengapa Yahudi itu cerdas dan berprestasi. Hal ini dapat dibuktikan langsung dari isi buku. Kebanyakan pokok-pokok pikiran buku ditulis dengan bentuk deduktif jika dilihat dari segi dimana letak pokok pikiran utama suatu paragraf. Jika dilihat dari segi penulisan paragraf, kebanyakan menggunakan paragraf yang bersifat deskripsi dan persuasif. Hal ihwal mengenai sejarah, kebudayaan, dan prestasi Yahudi ditulis dengan bentuk paragraf deskripsi. Sedangkan isi paragraf yang isinya berupa motivasi dan perenungan ditulis/disusun membentuk paragraf persuasif. Jika dilihat dari segi tata cara menulis, penulis buku sudah berusaha menulis dengan menggunakan kaidah Ejaan yang Disempurnakan (EyD). Contohnya, istilah-istilah atau kalimat asing ditulis dengan cetak miring (contoh, “Stilla cavet lapidem …”, hlm. 256), menggunakan tanda petik untuk memberitahu pembaca bahwa ia hanya mengutip yang dikatakan orang-orang (contoh, … mereka mengkalim dirinya sebagai “The Choosen People”, hlm. 256). Meskipun demikian, penulis ulasan buku menemukan penulisan kata yang tidak baku, seperti kata ‘hipotesa’ (hlm. 86), yang merupakan bentuk kata tidak baku dari ‘hipotesis’, dan, kata ‘al-hukuma’ (hlm. 228) yang mungkin penulis buku maksud adalah ‘al-hikma’.
3. Ikhtisar
Seperti yang penulis ulasan sampaikan di akhir segmen 2, penulis ulasan tidak mencatat atau menggarisbawahi kajian BAB V, dikarenakan isinya hanya berupa cacian dan sumpah serapah untuk orang yang bukan Yahudi. Adapun yang penulis ulasan maksud dengan daftar kajian buku yang pembaca menggarisbawahinya adalah ikhtisar buku, yang mana penulis ulasan catat garis besar dan halamannya. Berikut adalah penunjuk/ikhtisar buku:
Mereka tidak minum alkohol, tetapi mereka menenggak kebodohan sehingga mabuk tak mengenal jalan syariat. Mereka tidak memakan babi, tetapi melahap riba dan keserakahan duniawi sehingga doa-doanya terpasung.
Jujur hancur, curang menang, kaya dipuja, miskin dicerca.
-Hlm. 20.-
Berjalan sampai ke batas, berenang sampai ke pulau.
|
|
|
---|---|---|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
---|---|---|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4. Daftar Data
5. Kesimpulan
Terdapat 2 subjek untuk menutup tulisan ulasan ini, yaitu, kesimpulan mengenai buku yang ditulis oleh alm. K.H. Toto Tasmara, dan umat Yahudi menurut buku alm. K.H. Toto Tasmara, “Yahudi; Mengapa Mereka Berprestasi”. Mengenai buku, alm. K.H. Toto Tasmara sudah memaparkan alasan mengapa umat Yahudi adalah umat minoritas dibandingkan umat Kristen atau Muslim, dan mengapa dengan umat yang minor ini, orang-orang Yahudi mampu untuk mewarnai peradaban saat ini dengan karya-karyanya yang begitu monumental. Berkenaan dengan umat Yahudi, mereka adalah umat-umat yang unik, baik berkenaan dengan orang-orangnya maupun agamanya. Hal ini dikarenakan hanya keturunan Yahudi saja yang dianggap sebagai seorang Yahudi yang sebenar-benarnya, sedangkan orang yang bukan Yahudi adalah goyyim, gentile. Dikarenakan mereka begitu selektif ketika memilih pasangan untuk menikah, membuat faktor keturunan menjadi salah satu hipotesis kecerdasan orang Yahudi. Berkenaan dengan kitab sucinya, Taurat merupakan kitab suci orang-orang Yahudi, meskipun demikian, seorang Yahudi diperintahkan untuk memperhatikan perkataan para Rabi yang tertulis di dalam kitabnya, yaitu Talmud. Dan perlu diingat juga, bahwa para cendekia Muslim di Andalusia dahulu, juga menjadi salah satu faktor alasan mengapa mereka berprestasi saat ini.
Referensi
Tasmara, T. (2010). Yahudi; Mengapa Mereka Berprestasi. Jakarta: Sinergi Publishing.