Ikhtisar Buku "Inilah! Wasiat Nabi bagi Para Penuntut Ilmu" karyanya Dr. Wendi Zarman

Daftar Kajian Buku yang Pembaca Menggarisbawahinya

Islam
Ilmu
Ikhtisar
Bahasa Indonesia
Author

Muhammad Reza Fahlevi
<br /> Verified<br />

Published

June 3, 2024

Abstract


Ilmu adalah satu kata yang sudah tidak asing didengar oleh telinga. Meskipun demikian, kata ini memiliki kajian yang begitu dalam dan tidak sederhana. Dengan satu kata ini, yaitu ilmu, Dr. Wendi Zarman menulis buku dengan judul "Inilah! Wasiat Nabi bagi Para Penuntut Ilmu" yang sudah penulis baca berulang-ulang. Di dalam buku ini, terdapat pembahasan mengenai ilmu, ulama terdahulu, dan apa kaitannya dengan seorang muslim, yang dibahas secara kukuh. Di antara kajian buku ini, terdapat kajian yang penulis ikhtisar menggarisbawahi, mencatat garis besar, dan halamannya. Kumpulan catatan-catatan garis besar inilah yang penulis ikhtisar susun dalam bentuk ikhtisar, dan penulis ikhtisar tulis dalam bentuk artikel yang juga memuat resensi buku.

Email

muhammadrezafahlevi666@gmail.com

1. Pendahuluan

Satu kata yang tidak asing lagi bagi semua orang, yang mana, satu kata tersebut begitu dalam kajiannya, dan merupakan suatu kebutuhan bagi seseorang yang senantiasa berpikir, yaitu ilmu. Kata ilmu ini mungkin pertama kali didengar di saat kita menduduki bangku Sekolah Dasar (SD), yaitu pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Kata ini, yaitu ilmu, senantiasa terdengar di telinga kita, dari tingkat pendidikan dasar, kuliah, bahkan sudah lulus kuliah, kata ilmu ini terus saja tetap kita dengar. Meskipun demikian, jika seseorang ditanya “apa itu ilmu?”, maka tidak jarang kita jumpai bahwa orang akan kebingungan dikarenakan ketidaktahuannya mengenai ilmu selama ini. Tapi, kondisi yang demikian, tidak akan kita dapati jika orang yang ditanya tahu jawaban atas pertanyaan “apa itu ilmu?”.

Dapat kita amati bahwa, orang yang mampu menjawab pertanyaan “apa itu ilmu?” dengan benar, adalah orang yang mengetahui apa itu ilmu. Jika ilmu itu harus mengandung kebenaran, dan jawaban atas pertanyaan “apa itu ilmu?” adalah pernyataan yang benar, maka jawaban atas pertanyaan mengenai seluk-beluk ilmu merupakan ilmu juga.

Buku dengan judul “Inilah! Wasiat Nabi bagi Para Penuntu Ilmu” karyanya Dr. Wendi Zarman ini menjawab pertanyaan mengenai seluk-beluk ilmu, seperti pertanyaan “apa itu ilmu? sumber ilmu itu apa? apakah ilmu itu bermacam-macam?” dan pertanyaan lain sebagainya. Buku ini memaparkan ilmu berdasarkan firman Allah SWT yang terdapat di Al-Quran dan apa yang disampaikan oleh Rasulullah saw., melalui hadisnya, serta pendapat para ulama terdahulu. Buku ini juga menceritakan kisah para ulama-ulama terdahulu agar kita dapat mengambil hikmahnya, seperti ceritanya Imam Al-Ghazali, Imam Al-Bukhari, Imam Nawawi, dll. Bukan hanya cerita ulama terdahulu, tetapi juga menceritakan kaum anti ilmu, yaitu kaum Sofis. Buku ini juga menjelaskan para ilmuwan barat yang cerdas cenderung untuk menjadi seorang ateis, atau agnostik, bahkan menghujat agama.

Tulisan ikhtisar ini disusun sebagai berikut. Segmen Notasi menjelaskan notasi, cara baca, singkatan, dan daftar kata yang dicetak miring yang ada pada segmen ikhtisar. Segmen ikhtisar berisikan ikhtisar buku Bagian 2, 3, 4, 5, dan 6. Segmen hikmah berisikan pelajaran dan manfaat yang bisa penulis ikhtisar ambil. Terakhir, segmen kesimpulan berisikan beberapa proposisi yang dapat diambil sebagai kesimpulan.

2. Notasi

Pada catatan asli penulis ikhtisar, semua kajian yang penulis ikhtisar catat disusun dalam bentuk daftar. Contohnya:

\(\ast\) Ilmu haruslah mengandung kebenaran. Hlm. 12.
\(\ast\) Ilmu adalah sampainya makna ke dalam jiwa. Hlm. 13.

Setelah membaca dan memperhatikan ikhtisar yang sudah penulis ikhtisar tulis, penulis ikhtisar kesusahan untuk mencari kajian mana yang ingin dituju. Maka dari itu, penulis ikhtisar memberikan nomor pada setiap catatan. Contohnya:

\(\ast\space^3\)Pemahaman yang salah akan menghasilkan tidakan yang salah juga. Hlm. 13.
\(\ast\space^4\)Tujuan buku ini ditulis. Hlm. 13.

Akan tetapi, pada tulisan ikhtisar yang penulis ikhtisar terbitkan, penulis ikhtisar menyusun daftar ikhtisar ke dalam bentuk satu baris (inline). Hal ini bertujuan untuk menghemat kertas dengan memanfaatkan permukaan kosong yang terdapat pada kertas. Contohnya:

\(^1\)Ilmu haruslah mengandung kebenaran. Hlm. 12. \(^2\)Ilmu adalah sampainya makna ke dalam jiwa. Hlm. 13. \(^3\)Pemahaman yang salah akan menghasilkan tindakan yang salah. Hlm. 13. \(^4\)Tujuan buku ini ditulis. Hlm. 13. \(\ldots\)

Adakalanya penulis ikhtisar tidak menuliskan penjelasan sesuatu, contohnya terdapat pada ikhtisar Bagian 5: Pengembangan Ilmu Islami.

\(^1\)Sarana yang disediakan Allah SWT., bagi manusia untuk memperoleh ilmu. \(^2\)Hadis-hadis yang menerangkan seluk-beluk tentang ilmu. \(^3\)Ulama-ulama yang mengulas konsep ilmu dalam Islam. \(\ldots\)

Penulis ikhtisar sengaja tidak menuliskan hadis-hadis yang menerangkan seluk-beluk tentang ilmu di ikhtisar Bagian 5 penunjuk nomor 2. Hal ini bertujuan sebagai pemantik dan melatih hapalan penulis ikhtisar. Dan yang terakhir, cara membaca ikhtisar secara lengkap contohnya adalah

Ikhtisar buku “Inilah! Wasiat Nabi bagi Para Penuntu Ilmu” karyanya Dr. Wendi Zarman, Bagian 2 penunjuk nomor 1, halaman 12, ilmu harus mengandung kebenaran.

atau, “ikhtisar Bagian 2 penunjuk nomor 1, halaman 12, ilmu harus mengandung kebenaran”. Akan tetapi, jika para pembaca ikhtisar hanya sekedar membaca, maka cara membaca

\(^{21}\)Definisi kemajuan, pembangunan, dan kaitannya dengan ilmu. Hlm 56-57. \(^{22}\)Peradaban (yang pernah) maju dalam segi kebendaan. Hlm. 60. \(^{23}\)Tujuan hidup mansuia dan kebahagiaan. Hlm. 61.

adalah baca saja tanpa menyebutkan nomor dan halamannya demi kemudahan membaca ikhtisar. Jadi, cara membacanya adalah

Definisi kemajuan, pembangunan, dan kaitannya dengan ilmu. Peradaban (yang pernah) maju dalam segi kebendaan. Tujuan hidup mansuia dan kebahagiaan.

Dalam penulisan ikhtisar ini, yang penulis ikhtisar maksud

\(1.\) Penulis ikhtisar = Muhammad Reza Fahlevi.
\(2.\) Buku ini = Buku “Inilah! Wasiat Nabi bagi Para Penuntut Ilmu” karyanya Dr. Wendi Zarman.
\(3.\) Pembaca-pembaca = orang-orang yang membaca buku atau jurnal.
\(4.\) Pembaca ikhtisar = orang yang membaca artikel ini.

Dan berikut kepanjangan dari singkatan-singkatan pada penulisan ikhtisar.

\(1.\) Hlm. = halaman buku.
\(2.\) Hlm 56-57 = halaman 56 hingga 57.
\(3.\) QS = Al-Quran surah.
\(4.\) QS. Az-Zumar[39]:9 = Al-Quran surah ke 39, Az-Zumar, ayat ke 9.
\(5.\) dll = dan lain-lain.

Istilah-istilah asing penulis ikhtisar tulis dengan huruf cetak miring (Ritonga, dkk. 2018) di segmen ikhtisar

\(1.\) Fardhu 'Ain.
\(2.\) Fardhu Kifayah
\(3.\) Mukhamat.
\(4.\) Mutasyabihat.
\(5.\) Qauliyah.
\(6.\) Kauniyah.
\(7.\) Su’

Adapun di dalam ikhtisar terdapat persamaan matematis yang penulis ikhtisar terjemahkan dari bahasa Indonesia, yaitu

\[ \begin{align} &\#\textit{Ilmu}\sim\frac{1}{\#\textit{Informasi}} \\ &\#\textit{Peduli Ilmu}\sim\#\textit{Mengenal Agama Islam} \\ &\#\textit{Ilmu}\sim\#\textit{Ketakwaan} \end{align} \]

yang demikian berguna untuk kemudahan penulis ikthisar untuk menghapalnya dan menerjemahkan kembali ke dalam bentuk bahasa Indonesia. Simbol \(\#\) merupakan representasi kualitatif atau kuantitatif.

3. Ikhtisar

Penulis ikhtisar tidak membuat ikhtisar Bagian 1: Problematika Pendidikan Masa Kini, dan Bagian 7: Teladan Ulama Dalam Belajar. Hal ini tidak berarti Bagian 1 dan Bagian 7 tidak menarik perhatian penulis ikthtisar. Melainkan, Bagian 1 dan Bagian 7 adalah 2 Bagian buku yang sering penulis ikhtisar baca dari awal hingga akhir Bagian, terlebih lagi Bagian 7.

Pada Bagian 7, penulis ikhtisar begitu mengapresiasi dan menghormati ulama terdahulu, seperti, Abu Hurairah, Imam Al-Bukhari, Imam Al-Ghazali, Imam Asy-Syafi’i, Ibnu Khaldun, dll. Penulis ikhtisar begitu takjub dan tersentuh dengan kisah mereka yang mendedikasikan kehidupan mereka untuk mempelajari, menekuni, serta menjaga ilmu agar tidak terkontaminasi dengan kebatilan dan kesalahan. Bukan hanya mempelajari, menekuni, serta menjaganya, tetapi para ulama terdahulu melestarikan ilmu yang ada di dalam hati mereka dengan menuliskannya agar dapat dibaca oleh umat dan diaajarkan kepada sesama mereka, setelah itu, mereka mewariskannya ke genarasi mendatang (masa depan). Hal ini membuktikan bahwa, ilmu yang mereka pelajari bukan hanya bermanfaat untuk mereka sendiri, tetapi juga bermanfaat bagi umat di masanya, terlebih lagi, bermanfaat untuk umat di masa depan. Dan semua itu, mereka (para ulama terdahulu) lakukan dengan ikhlas. Mereka benar-benar contoh pepatah, “Manusia mati meninggalkan nama”, mereka yang pernah tinggal di bumi sudahlah sirna, tapi tidak dengan untaian tinta penanya, kata demi kata, membentuk kalimat-kalimat hingga menjadi tulisan yang penuh akan makna, sungguh besar kontribusinya, tiada berhingga manfaatnya, semoga dihitung sebagai pahala, semoga diterima amalnya, oleh sang Maha Kuasa, abadi dan senantiasa dibaca bukunya, abadi ilmunya, abadi namanya, sungguh tinggi derajatnya, sungguh mulia apa yang dikerjakannya, mereka itulah para ulama-ulama. Kisah para ulama terdahulu selalu penulis ikhtisar jadikan sebagai motivasi, rasa syukur penulis ikhtisar, dan teladan dalam menuntut ilmu.

Bagian 2: Tak Semudah Itu Mengartikan Ilmu

\(^1\)I

lmu haruslah mengandung kebenaran. Hlm. 12. \(^2\)Ilmu adalah sampainya makna ke dalam jiwa. Hlm. 13. \(^3\)Pemahaman yang salah akan menghasilkan tindakan yang salah. Hlm. 13. \(^4\)Tujuan buku ini ditulis. Hlm. 13. \(^5\)Al-Quran & Al-Hadis merupakan inspirasi utama bagi setiap muslim. Hlm. 14. \(^6\)Seputar pertanyaan mengenai ilmu yang perlu untuk didiskusikan. Hlm. 15. \(^7\)Timbulnya sikap meremehkan ilmu disebabkan kurangnya pemahaman mengenai hakikat ilmu. Hlm.15. \(^8\)Mencari nafkah memerlukan ilmu juga. Hlm 17. \(^9\)Islam tidak melarang seseorang menuntut ilmu untuk menjadi bekal dalam menjamin kelangsungan hidupnya. Hlm. 17.

\(^{10}\)Ajarilah anak-anak mu untuk dapat hidup di masanya, karena mereka[dia] dipersiapkan hidup pada masanya bukan pada masamu.
-Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra. Hlm. 18.-

\(^{11}\)Barangsiapa yang dikhendaki Allah (SWT.) kebaikan baginya, Dia memberikan pemahaman kepadanya dalam ilmu Agama.
- Sabda Rasulullah SAW. Hlm. 19.-

\(^{12}\)Jika mengikuti petunjuk Allah SWT, maka ia tidak akan sesat dan celaka. Jika berpaling dari peringatan, maka baginya penghidupan yang sempit. Dalil. QS. Thaaha[20]:123-124. Hlm. 19.

Bagian 3: Ilmu dan Kehidupan

\(^1\)B

udaya ilmu merupakan unsur inti pembentukan karakter setiap peradaban. Hlm. 23. \(^2\)Filsafat adalah cinta kebijaksanaan. Hlm. 26. \(^3\)Ajaran Hedonisme adalah ajaran yang mengajarkan kepuasan atau kesenangan manusia merupakan nilai kebaikan yang tertinggi. Hlm 26. \(^4\)Paham Humanisme adalah paham yang mendahulukan akal pikiran manusia dan mengesampingkan yang lain untuk menghakimi mana yang ‘benar’ dan yang ‘tidak benar’. Hlm. 27. \(^5\)Contoh para ilmuwan yang mencela dan menghujat agama:

Agama itu candu.
-Karl Marx-

Agama adalah ilusi.
-Sigmund Freud-

Tuhan sudah mati.
-Friedrich Nietzche-

Saya tidak tahu dimana letak peranan Tuhan.
-Laplace-

Aguste Compte menyatakan bahwa pengetahuan lebih utama dibandingkan pertolongan Tuhan. Hlm. 29-30. \(^6\)Akhlak jeleknya JJ. Rosseau dan Jean Paul Sartre. Hlm. 32.

Bagian 4: Kekeliruan Mengenai ilmu

\(^1\)A

l-Quran adalah Al-Furqan, artinya pembeda antara yang hak dan yang batil. Hlm. 34. \(^2\)Tidak sama orang-orang yang mengetahui dan yang tidak mengetahui. QS. Az-Zumar[30]:9. Hlm. 34. \(^3\)Di dalam Islam, kita dapat mengklaim bahwa kita dapat mengetahui kebenaran. Hlm. 35. \(^4\)Plato & gurunya, yaitu Socrates, mengecam profesi mengajar yang tujuannya adalah memperoleh imbalan berupa uang, bagi mereka, yang demikian itu adalah perbuatan bermoral rendah. Hlm. 37. \(^5\)Kebodohan ada 3 jenis. Pertama, bodoh karena kurang atau ketidaktahuan terhadap sesuatu hal yang seharusnya diketahui. Kedua, bodoh adalah meyakini suatu hal yang salah. Ketiga, bodoh adalah berbuat sesuatu yang sudah diketahui bahwa perbuatan yang dilakukannya itu salah. Hlm. 39. \(^6\)Kesalahan dalam pikiran akan menghasilkan kesalahan dalam tindakan. Hlm. 43. \(^7\)Al-'ilmu fi ash-shuduur, la fi as-sutuur. Hlm. 44. \(^8\)Bisa mengakses sumber informasinya bukan berarti sudah memahaminya. Hlm. 45. \(^9\)Menghapal merupakan salah satu metode belajar serius. Hlm. 45. \(^{10}\)Keadaan sekarang yang ada pada kebanyakan orang adalah

\[ \#\textit{Ilmu}\sim\frac{1}{\#\textit{informasi}} \]

atau, banyaknya ilmu berbanding terbalik dengan banyaknya informasi yang dimiliki. Hlm. 46.

\(^{11}\)Imam Bukhari diperkirakan hapal 600000 (enam ratus ribu) hadis berikut perawinya. Al-Nisaburi mendiktekan tafsir Al-Quran langsung dari ingatannya. Al-Bawardi, seorang ahli bahasa mendiktekan 30000 (tiga puluh ribu) halaman mengenai masalah linguistik. Abu Bakar bin Al-Anbari mendiktekan 45000 (empat puluh lima ribu) halaman hadis dan mengaku hapal 30 (tiga puluh) buku. Hlm. 46-47. \(^{12}\)Dalam Islam, seseorang bisa mengetahui kebenaran. Meskipun demikian, Islam juga memberikan batasan apa yang bisa diketahui oleh seseorang adalah terbatas. Dalilnya, QS. Al-Imran[3]:7. Hlm. 48-49. \(^{13}\)Peranan orang yang berkompeten dan orang awam. Hlm. 51. \(^{14}\)Menurut Al-Qathan, perbedaan antara ayat-ayat mukhamat dengan mutasyabihat tersebut adalah salah satu dari 3 pengertian. Pengertian pertama, Hlm. 49. Pengertian kedua, Hlm. 50. Pengertian ketiga, Hlm. 51. \(^{15}\)Ilmu agama mengkaji ayat qauliyah, sedangkan ilmu umum mempelajari ayat kauniyah. Hlm. 53. \(^{16}\)Tujuan mengkajinya adalah untuk semakin mengenal Allah SWT. Hlm. 53. \(^{17}\)Yang dimaksud dengan kesatuan ilmu adalah baik ayat qauliyah atau ayat kauniyah, dua-duanya merupakan ayat-ayat Allah SWT. Hlm. 53.

\(^{18}\)Ilmu itu adalah cahaya yang Allah (SWT) letakkan ke dalam hati orang beriman.
-Imam Malik- Hlm. 53.

\(^{19}\)Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya adalah ulama (orang-orang yang berilmu). QS. Al-Fatir[35]:28. Hlm 53. \(^{20}\)Seiring bertambahnya ilmu, maka semestinya seorang hamba semakin bertakwa kepada Allah SWT . Secara matematis,

\[ \#\textit{Ilmu}\sim\#\textit{Ketakwaan} \]

Hlm. 54. \(^{21}\)Definisi kemajuan, pembangunan, dan kaitannya dengan ilmu. Hlm 56-57. \(^{22}\)Peradaban (yang pernah) maju dalam segi kebendaan. Hlm. 60. \(^{23}\)Tujuan hidup mansuia dan kebahagiaan. Hlm. 61. \(^{24}\)Paham pembangunan di dalam Islam bersifat ke belakang (de-evolusi). Hlm. 63. \(^{25}\)Penyebab kejatuhan dan kebangkrutan suatu masyarakat. Hlm. 61. \(^{26}\)Orang yang mengabdi pada dirinya sendiri adalah orang yang sesat. Hlm. 62. \(^{27}\)Kemajuan yang hakiki. Hlm. 62.

Bagian 5: Pengembangan Ilmu Islami

\(^1\)S

arana yang disediakan Allah bagi manusia untuk memperoleh Ilmu. Hlm. 67. \(^2\)Hadis-hadis yang menerangkan seluk-beluk tentang ilmu. Hlm. 68. \(^3\)Ulama-ulama yang mengulas konsep ilmu dalam Islam. Hlm. 69-70. \(^4\)Rasa kepedulian ilmu seseorang semestinya berbanding lurus dengan seberapa ia mengenal agama Islam. Secara matematis,

\[ \#\textit{Peduli Ilmu}\sim\#\textit{Mengenal Agama Islam} \]

Hlm. 70. \(^5\)Tempatnya ilmu itu adalah jiwa manusia. Dalilnya, QS. Al-Ankabut[29]:49. Hlm. 71-72. \(^6\)Ayat qauliyah dan ayat kauniyah. Hlm. 72-73. \(^7\)Tujuan akhir mencari ilmu dalam Islam adalah mengenal Allah SWT. Hlm. 73. \(^8\)Manusia memperoleh ilmu dari Allah SWT melalui 4 saluran, yaitu panca indra (al-khawas al-kamsah), akal sehat (al-'aql al-salim), kabar yang benar (al-khabar al-shadiq), dan intuisi (ilham). Hlm. 73-74. \(^9\)Paham empirisme. Hlm 75-76. \(^{10}\)Pengertian akal sehat. Hlm. 77. \(^{11}\)Paham rasionalisme. Hlm 79. \(^{12}\)Pengertian intelek. Hlm. 79. \(^{13}\)Keterkaitan rasio, intelek, hati, dan akal. Hlm. 80. \(^{14}\)Sifat Rasulullah SAW. ada 4. Hlm 89. \(^{15}\)Pengertian ilham/intuisi. Hlm. 92. \(^{16}\)Ilham itu sangat dekat dengan orang yang terbiasa berpikir. Hlm. 92. $^{17}$3 tingkatan ilmu kita ketahui: konsep (concept), penyimpulan (judgment, tashdiq), dan penalaran (reasoning). Hlm. 95. \(^{18}\)Penalaran, analisis. Hlm. 96. \(^{19}\)Ilmu itu dikatakan tidak ada batasnya. Dalilnya, QS. Luqman[31]:27. Hlm. 97. \(^{20}\)Cara ilmu kita berkembang, yaitu generasi awal mewariskan ilmu kepada generasi berikutnya. Hlm. 97. \(^{21}\)Baik amal saleh atau kejahatan, kedua-duanya hanya akan berbalik kepada dirinya sendiri. Dalil, QS. Al-Jaatsiyah[45]:15. Hlm. 99. \(^{22}\)Belajar merupakan urusan agama. Bagi siapa saja yang mengerjakannya, maka akan mendapatkan pahala. Dan bagi siapa yang meniggalkannya, maka akan mendapatkan dosa. Hlm. 101. \(^{23}\)Khendaknya, pelajarilah ilmu-ilmu yang bermanfaat bagi masing-masing individu. Hlm. 101. \(^{24}\)Ilmu yang wajib dituntut ada 2, yaitu ilmu fardhu'ain dan ilmu fardhu kifayah. Hlm. 101-102. \(^{25}\)Filsafat, terlebih lagi filsafat barat, bukan ilmu yang baik dipelajari setiap orang. Hlm. 104. \(^{26}\)Wara’ artinya berhati-hati agar tidak jatuh kepada yang haram. Qana’ah artinya merasa puas dengan yang ada. Hlm. 107. \(^{27}\)Tujulah akhirat dan jangan lupakan pula dunia. Dalilnya, QS. Al-Qashash[28]:77. Hlm. 110. \(^{28}\)Membebani kewajiban kepada orang yang tidak tepat merupakan kezaliman. Hlm. 112. \(^{29}\)Peranan (fungsi) uang yang diberikan murid ke sang guru. Hlm. 117. \(^{30}\)Menurut Al-Ghazali, pendapat guru yang salah masih lebih baik daripada pendapat muridnya yang benar. Hlm. 118. \(^{31}\)Kritik yang diberikan untuk sang guru dari sang murid harus dilakukan secara halus. Hlm. 119. \(^{32}\)Adab bagi guru. Hlm. 119-120.

\(^{33}\)Ilmu itu tidak akan memberikan sebagian darinya sehingga kamu memberikan keseluruhan dirimu. Hlm. 118.

\(^{34}\)Salah satu cara untuk fokus belajar. Hlm. 120. \(^{35}\)Sesuatu yang mulia tidak dapat disandingkan dengan sesuatu yang hina, kecuali akan menurunkan kemuliannya. Hlm. 123.

\(^{36}\)Ilmu itu bukan banyaknya riwayat, tetapi ilmu itu adalah cahaya yang dimasukkan ke dalam hati.
-Ibnu Mas'ud, ra.- Hlm. 123.

\(^{37}\)Ilmu fardhu'ain, bertujuan untuk membimbing ilmu fardhu kifayah agar berjalan di atas rel yang benar. Hlm. 125. \(^{38}\)Mempelajari ilmu fardhu'ain merupakan prioritas pertama dalam belajar. Hlm. 126.

Bagian 6: Memaknai Ilmu Cara Islam

\(^1\)P

restasi ulama terdahulu, yaitu prestasinya Imam Ath-Thabari, Ibnu Sina, Imam Suyuthi, Imam Al-Ghazali, dan Ibnu Hazm. Hlm. 138. \(^2\)Hidup haruslah punya tujuan, sebab tujuan yang menunjuki arah kehidupan. Hlm. 139. \(^3\)Allah SWT yang meluaskan dan menyempitkan rezeki. Dalilnya, QS. Ar-Ra'ad[13]:26. Hlm. 142.

\(^4\ldots\)Demikian juga hati, apabila dicegah dari hikmah dan ilmu selama 3 hari, maka hati akan mati.
-Fauthul Maushulli- Hlm. 145.

\(^5\)Sepandai-pandainya manusia, pasti akan menjadi bodoh ketika ia berhenti belajar. Hlm. 146. \(^6\)Masa muda. Hlm. 146. \(^7\)Kemauan dan ilmu. Hlm. 149. $^8$2 Golongan yang menentukan umat, yang mana jika 2 golongan ini baik, maka manusianya baik, dan jika 2 golongan buruk, maka buruk manusianya, 2 golongan itu adalah pemerintah dan ulama. Hlm. 157. \(^9\)Ciri-ciri ulama su'. Hlm. 157. \(^{10}\)Menurut Imam Al-Ghazali di dalam karyanya Kimia Kebahagiaan, terdapat 4 hal yang mesti diketahui manusia untuk bahagia, yaitu, ilmu tentang dirinya, ilmu tentang Tuhannya, ilmu mengenai dunianya, dan ilmu mengenai akhiratnya. Hlm. 161-163.

\(^{11}\)Barangsiapa yang berpandangan bahwa menuntut ilmu itu bukanlah jihad, maka sungguh akal dan pikirannya telah mengalami kelemahan.
-Abu Darda- Hlm. 165.

\(^{12}\)Suri tauladan para ulama, Abu Hurairah, Imam Bukhari, dan Imam Nawawi. Hlm. 166-167. \(^{13}\)Kewajiban seorang ahli ilmu adalah menyampaikannya termasuk kepada seorang penguasa zalim. Hlm. 167. \(^{14}\)Imam Ahmad menolak mengatakan bahwa Al-Quran itu makhluk. Imam Nawawi lebih memilih terusir dari kota Damaskus daripada mengeluarkan fatwa boleh memungut pajak padahal kekayaan sang Raja cukup untuk membiayai pasukan untuk melawan pasukan Mongol. Sayyid Quthab memilih mati di tiang gantung daripada berkompromi dengan diktator.Buya Hamka menolak seikere. Hlm. 168. \(^{15}\)Kesempurnaan ilmu pada diri seseorang adalah apabila dia mengamalkannya dan mengajarkannya kepada orang lain. Hlm. 168. \(^{16}\)Dalil berilmu dulu baru berbuat. QS. Al-Isra'[17]:36, QS. Muhammad[47]:19. Hlm. 171.

4. Hikmah

Penulis ikhtisar adalah seorang Sarjana Komputer (S.Kom.) dari Departemen Ilmu Komputer, Fakultas Ilmu Kompter dan Teknologi Informasi, Universitas Sumatera Utara, Medan (Ilkom USU). Perlu diperhatikan, bahwa penulis ikhtisar adalah tamatan ilmu komputer. Terdapat kata ‘ilmu’ di ilmu komputer. Namun, mulai pertama kali kuliah, hingga lulus dan memperoleh gelar S.Kom., kata ‘ilmu’ tidak pernah penulis ikhtisar pikirkan secara serius. Penulis ikhtisar tahu mengenai ilmu komputer, bahwa, jantungnya (hatinya) ilmu komputer itu adalah algoritma, sedangkan algoritma itu singkatnya adalah suatu instruksi-instruksi berhingga dan tersusun. Dan penulis ikhtisar juga tahu apa itu komputer, tetapi tidak dengan ‘ilmu’, hakikatnya ilmu itu, tujuan berilmu, dan apa yang harus dilakukan dengan ilmu itu.

Setelah belajar ilmu komputer dengan serius, penulis ikhtisar akhirnya wisuda dan memperoleh gelar S.Kom., karena inilah tujuan semua mahasiswa ilmu komputer kuliah. Adapun salah satu kewajiban semua mahasiswa ilmu komputer untuk wisuda adalah menyelesaikan tugas akhir, yaitu skripsi. Alhamdulillah, penulis ikhtisar berhasil menjalankan kewajiban yang demikian. Akan tetapi, setelah penulis ikhtisar wisuda, tiada lagi yang ‘mewajibkan’ penulis ikhtisar untuk menulis, dan tiada yang menilai tulisan yang penulis ikhtisar pernah tulis, apakah memperoleh nilai A, B+, B, dsb, tiada lagi kesibukan untuk menyelesaikan tugas dikarenakan tiada lagi yang akan memberikannya, dan yang paling penulis ikhtisar sadari adalah, tiada lagi yang menyuruh apa yang harus penulis ikhtisar lakukan dengan ilmu yang sudah penulis ikhtisar peroleh.

Buku “Inilah! Wasiat Nabi bagi Para Penuntut Ilmu” karyanya Dr. Wendi Zarman ini sudah penulis ikhtisar baca berulang-ulang sejak penulis ikhtisar duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Hanya saja pada masa itu, banyak hal yang penulis ikhtisar belum mengerti, seperti, apa itu empirisme, rasio, intelek, filsafat, ayat qauliyah, ayat kauniyah, ayat mukhamat, ayat mutasyabihat, dll, dikarenakan istilah-istilah ini adalah istilah-istilah yang baru. Namun, seiring bertambahanya usia dan bertambahnya buku yang pernah dibaca, istilah demi istilah mulai penulis ikhtisar pahami dan penulis ikhtisar hapal kajiannya, dan mulai mempelajarinya secara serius setelah 1 tahun penulis ikhtisar wisuda. Yang penulis ikhtisar maksud mulai membaca dan mengkajinya secara serius adalah penulis ikhtisar menggunakan metode membaca buku yang pernah digunakan almarhum Syekh Ahmad Deedat, yaitu, di saat membaca buku, pembahasan yang penulis ikhtisar angggap menarik dan ingin membacanya berulang-ulang, maka penulis ikhtisar akan menggarisbawahinya, mencatat garis besar dan halamannya, sehingga, ketika penulis ikhtisar ingin membacanya kembali penulis ikhtisar tidak perlu bersusah-susah lagi untuk mencari di halaman berapa pembahasan yang penulis ikhtisar anggap menarik. Pembahasan-pembahasan yang menarik perhatian penulis ikhtisar inilah yang penulis ikhtisar kumpulkan dan disusun dalam bentuk ikhtisar. Metode seperti ini, sebelummnya belum penulis ikhtisar lakukan, dan dampaknya, penulis ikhtisar kesusahan untuk merujuk kembali kajian yang penulis ikhtisar lupa.

Harapan penulis ikhtisar ketika ingin membaca “Inilah! Wasiat Nabi bagi Para Penuntut Ilmu” adalah untuk menjawab pertanyaan yang paling penulis ikhtisar sadari ketika wisuda, yaitu “apa yang harus penulis ikhtisar lakukan dengan ilmu, khususnya ilmu komputer, yang penulis ikhtisar pelajari?” Intuisi penulis ikhtisar mengatakan bahwa untuk menjawab pertanyaan ini, penulis ikhtisar harus mempelajari jawaban atau kajian atas pertanyaan-pertanyaan mengenai ilmu itu sendiri. Dan jawaban atau kajian mengenai ilmu dapat penulis ikhtisar ketahui di beberapa buku yang pernah penulis ikhtisar pernah baca. Hanya saja, saat ini penulis ikhtisar harus membaca dan mempelajarinya secara serius, bukan hanya sekedar membaca.

Alhamdulillah, banyak hikmah yang penulis peroleh dengan membaca buku Dr. Wendi Zarman secara serius. Adapun hikmah yang didapat bukan hanya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul di pikiran penulis ikhtisar, tetapi juga sebagai pegangan penulis ikhtisar untuk pertanyaan-pertanyaan mengenai ilmu yang akan ditanya di masa mendatang, bisa saja pertanyaan tersebut ditanyakan oleh orang lain, atau pertanyaan yang muncul dari pikiran penulis ikhtisar sendiri. Penulis ikhtisar adalah manusia yang tidak mungkin bisa lepas dari sifat lupanya, oleh karena itu, penulis ikhtisar menyusun ikhtisar buku dan menerbitkannya dengan tujuan semoga ikhtisar ini juga digunakan oleh orang umum dan pembaca-pembaca buku.

5. Kesimpulan

Pada tulisan ini, penulis ikhtisar memaparkan ikhtisar buku “Inilah! Wasiat Nabi bagai Para Penuntut Ilmu” karyanya Dr. Wendi Zarman. Adapun penulis ikhtisar tidak membuat ikhtisar untuk semua Bagian (bab) buku. Penulis ikhtisar hanya membuat ikhtisar untuk Bagian 2, 3, 4, 5, dan Bagian 6. Sedangkan Bagian 1 dan Bagian 7 penulis ikhtisar tidak membuatnya. Besar harapan penulis ikhtisar, ikhtisar ini dapat digunakan sebagai manual atau instruksi dalam membaca bukunya Dr. Wendi Zarman ini. Adapun teruntuk pembaca ikhtisar, jika khendak mengutip garis besar kajian yang terdapat pada ikhtisar, maka penulis ikhtisar sarankan untuk merujuk dan mengutipnya langsung dari bukunya, bukan tulisan ikhtisar ini. Namun, jika para pembaca ikhtisar ingin mengutip selain yang ada pada segmen ikhtisar, maka khendaknya mengutip dengan tata cara mengutip yang benar (lihat segmen kutip artikel ini).

Berikut merupakan beberapa proposisi yang dapat diambil sebagai kesimpulan:

\(1.\) Ilmu haruslah mengandung kebenaran dan sampainya makna ke dalam jiwa.
\(2.\) Pernyataan (jawaban) yang benar atas pertanyaan mengenai seluk-beluk ilmu adalah ilmu juga.
\(3.\) Tujuan berilmu adalah untuk peduli Agama, meningkatkat ketakwaan, dan mengenal Allah SWT.
\(4.\) Al-Quran dan Al-Hadis adalah inspirasi utama bagi setiap muslim.
\(5.\) Sempurnalah ilmu seseorang ketika ia mengamalkannya dan mengajarkannya.
\(6.\) Berilmu dulu, setelah itu berbuat. Bukan berbuat dulu, setelah itu berilmu.
\(7.\) Jika berbuat dulu, setelah itu berilmu, maka yang demikian tiada membawa manfaat, melainkan celaka bagi dirinya dan orang di sekitarnya, tentu hal ini tidak lebih dari suatu kezaliman.

Referensi

Ritonga, Parlauangan., dkk. (2018). Bahasa Indonesia Praktis. Medan. Bartong Jaya Medan.

Zarman, Wendi (2012). Inilah! Wasiat Nabi bagi Para Penuntut Ilmu. Bandung. Ruang Kata.


Kutip Artikel Ini
Harvard

Fahlevi, M.R. (2024) 'Ikhtisar Buku "Inilah! Wasiat Nabi bagi Para Penuntut Ilmu" karyanya Dr. Wendi Zarman, Daftar Kajian Buku yang Pembaca Menggarisbawahinya'. Telusuri: https://m-rezafahlevi.github.io/paper/2024/fsr4/ (Diakses: ).

APA

Fahlevi, M.R. (2024, April 24) Ikhtisar Buku "Inilah! Wasiat Nabi bagi Para Penuntut Ilmu" karyanya Dr. Wendi Zarman, Daftar Kajian Buku yang Pembaca Menggarisbawahinya. Fahlevisia. Diterima , dari https://m-rezafahlevi.github.io/paper/2024/fsr4/

Chicago

Fahlevi, M.R. 'Ikhtisar Buku "Inilah! Wasiat Nabi bagi Para Penuntut Ilmu" karyanya Dr. Wendi Zarman, Daftar Kajian Buku yang Pembaca Menggarisbawahinya.' Diakses . https://m-rezafahlevi.github.io/paper/2024/fsr4/

IEEE

M.R. Fahlevi. 'Ikhtisar Buku "Inilah! Wasiat Nabi bagi Para Penuntut Ilmu" karyanya Dr. Wendi Zarman, Daftar Kajian Buku yang Pembaca Menggarisbawahinya.' Fahlevisia, Apr. 24, 2024. Diakses: . [Daring]. Telusuri: https://m-rezafahlevi.github.io/paper/2024/fsr4/

MHRA

Fahlevi, Muhammad Reza, Ikhtisar Buku "Inilah! Wasiat Nabi bagi Para Penuntut Ilmu" karyanya Dr. Wendi Zarman, Daftar Kajian Buku yang Pembaca Menggarisbawahinya (2024) <https://m-rezafahlevi.github.io/paper/2024/fsr4/> [Diakses ]

MLA

Muhammad Reza Fahlevi. 'Ikhtisar Buku "Inilah! Wasiat Nabi bagi Para Penuntut Ilmu" karyanya Dr. Wendi Zarman, Daftar Kajian Buku yang Pembaca Menggarisbawahinya'. Fahlevisia, 24 April 2024, https://m-rezafahlevi.github.io/paper/2024/fsr4/

OSCOLA

Muhammad Reza Fahlevi, 'Ikhtisar Buku "Inilah! Wasiat Nabi bagi Para Penuntut Ilmu" karyanya Dr. Wendi Zarman, Daftar Kajian Buku yang Pembaca Menggarisbawahinya' (Fahlevisia, 24 April 2024) <https://m-rezafahlevi.github.io/paper/2024/fsr4/> Diakses .

Vancouver

Fahlevi MR. Ikhtisar Buku "Inilah! Wasiat Nabi bagi Para Penuntut Ilmu" karyanya Dr. Wendi Zarman, Daftar Kajian Buku yang Pembaca Menggarisbawahinya [Internet]. 2024 [dikutip pada tanggal ]. Telusuri: https://m-rezafahlevi.github.io/paper/2024/fsr4/